Rabu, 05 Juni 2013

Mengenal Grup Gerak Khas (GGK) , Pasukan Khusus Angkatan Darat Malaysia

 


 
Awal terbentuknya pasukan GGK Malaysia bertepatan pada tanggal 25 Februari 1965, merupakan kebutuhan mendesak Malaysia akan pasukan elit dalam konfrontrasi dengan Indonesia. Pembentukan pasukan GGK di bawah pengawasan Komando Resimen ke-40 Angkatan Laut Inggris yang bermarkas di Majidi Johor Baru. 


Sekitar 300 orang yang mendaftar, seleksi pertama yang terpiih 15 pendaftar kemudian mendapatkan latihan komando selama enam minggu. Pada akhir seleksi yang tersaring cuma empat orang dan sembilan dari Perwira Angkatan Darat Malaysia.

Di bawah bimbingan Resimen ke-40 Angkatan Laut Inggris, pasukan GGK berlatih berdasar enam standar latihan komando dan mereka didoktrin untuk menunjukkan yang terbaik bagi negara Malaysia.

Pasukan GGK merupakan bagian terbesar dari Special Operation Force Malaysia. Pasukan ini secara khusus merupakan Resimen Komando Angkatan Darat Malaysia. Misi pasukan GGK membantu skuadron tempur, memberikan laporan, mengusik dan mengganggu musuh melalui penyusupan dalam sebuah operasi rahasia dengan perang gerilya atau dukungan pasukan.

Mayor Abu Hasan bin Abdullah merupakan komandan pertama pasukan GGK. Untuk meningkatkan kemampuan tempur-pasukan GGK berlatih airbone, ringger, ranger dan amphibi.

Pasukan GGK juga akan merencanakan, untuk mempersiapkan dan diarahkan, menyebar dalam kondisi pertempuran non konvensional, pertahanan internal, pengintaian khusus dan penyerbuan secara langsung. Pemerintah Malaysia mendukung tujuan kebijakan ini dengan perencanaan wilayah yang dapat dipertanggungjawabkan

Pasukan GGK secara rutin berlatih dengan mengkondisikan perang non konvensional dalam bentuk gerilya, anti gerilya, meloloskan diri dari musuh, menghindar, subversi, sabotase, antiteror dan berbagai macam keahlian tingkat tinggi seperti perang hutan.


Pasukan GGK mempunyai reputasi yang hebat dalam memerangi komunis. Pasukan penerjun Malaysia juga melatih pasukan GGK dalam operasi secara langsung dan pengintaian khusus.

Sekarang ini, mereka terdiri dari tiga resimen (21st, 22nd dan 11st GGK). Pasukan GGK ikut serta dalam misi perdamaian di Kamboja, Somalia, Sahara Barat, Namibia, Bosnia dan negara lainnya.

Pasukan khusus Malaysia ini juga melakukan operasi di Malaysia Timur dalam menumpas gerakan komunis dan pada 13 Mei 1969 meredakan kerusuhan etnis. Pada tahun 1967 setelah konfrontasi dengan Indonesia, pasukan khusus Malaysia ini terpisah dengan unit batalion infantri.

Untuk mengefisienkan dalam tugas dan kewenangan. Pada tahun 1968 berpindah markas di Segenting, Port Dickson. Kemudian pada 1 Agustus 1970 markas pasukan GGK pindah di Sungai Udang.

Markas Sungai Udang terkenal dengan markas komando. Tempat ini telah menarik masyarakat Malaysia, personil maupun Perwira Angkatan Darat Malaysia untuk mendaftar menjadi anggota pasukan elit Angkatan Darat Malaysia ini.

Letnan Kolonel Borhan bin Ahmad merupakan perwira yang bertanggung jawab dalam penyeleksian anggota Pasukan GGK Malaysia. Untuk meningkatkan kemampuan bertempur, pasukan elit Malaysia ini telah bekerjasama dengan pasukan elit dari negara lain, misalnya: Inggris, Australia, Selandia Baru dan Australia.
Sesuai dengan Perencanaan Pemerintah Malaysia yang ketiga tentang penambahan personil Angkatan Bersenjata Malaysia dan pusat latihan pasukan khusus yang ditetapkan pada 1 Agustus 1976, maka dibentuklah resimen baru di tubuh pasukan GGK menjadi resimen kedua.

Pada tahun 1979 Pusat latihan pasukan khusus diresmikan dan yang menjadi komandannya Kolonel Borhan bin Ahmad.

Pasukan GGK secara umum terbagai menjadi dua. Pertama, resimen operasi khusus yang terkenal dengan Special Operation Force (SOF), biasanya bertugas dalam gerakan bawah tanah seperti mengumpulkan informasi, penculikan dan menghancurkan sarana dan prasana musuh.

Kedua, Komando bertanggung jawab dalam keseluruhan operasi, seperti serangan mendadak ke daerah musuh dan kemudian diikuti serangan secara besar-besaran oleh unit pasukan lain.

Dalam sebuah pertempuran pasukan GGK mempunyai strategi yang terbagi dalam tiga wilayah yaitu L1, L2 dan L3. L1 merupakan wilayah strategi untuk mengganggu, sabotase terhadap tempat-tempat vital pihak musuh, seperti pipa minyak, bandara maupun kawasan industri.

L2 merupakan kawasan strategi di antara dua belah pihak yang bertempur. Dalam operasi pertempuran konvensional dengan cara penyusupan dan penghancuran pusat-pusat komunikasi, anti sniper, melakukan tugas peninjauan ke kawasan pertempuran dan

L3 merupakan kawasan yang biasa di sebut “Core Area” atau kawasan pusat. Tujuan utama operasi di wilayah ini adalah melemahkan kekuatan musuh supaya tidak efektif dalam pertempuran. Jenis operasinya antara lain memutus jalur komunikasi, menghancurkan instalasi vital, membebaskan tawanan dan menculik.

Pada tahun 2000 pasukan khusus Malaysia ini mendapat perhatian khusus dari pemerintah Malaysia dengan memberikan bantuan: peralatan canggih, sarana dan prasarana. 


Operasi GGK

Pada tahun 1993 pasukan GGK Malaysia Menjalankan misi perdamaian PBB di Somalia. Salah satu prestasi yang diraih pasukan GGK di Mogadishu- menyelamatkan 75 pasukan Ranger Amerika yang terjebak dalam sebuah pertempuran sengit dengan milisi Somalia

Letkol Syed Omar Syed Othman salah satu personil GGK yang dikirim ke Somalia mengabadikan peristiwa penyelamatan pasukan GGK terhadap pasukan Ranger Amerika dalam sebuah buku yang berjudul Harimau Malaysia di Somalia.

Buku tersebut memaparkan awal terjebaknya pasukan Ranger dalam sebuah pertempuran sengit dengan milisi Somalia sampai strategi penyelamatan yang dilakukan personil GGK Malaysia.

Berdasarkan rencana, pasukan Ranger Amerika akan menculik dua pejabat penting Mohammed Farah Aidid dan membawa melalui jalan darat ke markas militer Amerika yang terletak hanya tiga mil dari Ibukota Somalia.

Lokasi sasaran sudah cukup jelas yaitu bangunan dekat Hotel Olympic, jalan Hawlwadig, distrik Bakhara. Pembagian tugas telah ditata rapi oleh komandan pasukan AS di Somalia, Mayjend William F. Garrison.

Empat helikopter operasi khusus MH-60L/K Black Hawk dan sejumlah helikopter MH-6 (Varian OH-6 Cayuse) membawa 75 anggota Ranger membuat parameter pertahanan di sekitar lokasi.

Selanjutnya, 40 orang tim antiteror Ranger bergerak melalui jalan darat untuk menculik dan mengangkut target yang telah diincar. Tim ini bergerak dengan konvoi 12 kendaraan militer Hummer bersenjatakan senapan mesin kaliber 12,7 mm plus truk angkut tipe M-925.

Waktu yang ditentukan adalah pada 3 Oktober 1993, pukul 3:45 waktu setempat. Di atas kertas diperlukan waktu tak lebih dari 45 menit sampai satu jam untuk melaksanakan semua skenario tadi.

Maka teropong malam (NVG-Night Vision Gogle) tidak dibawa supaya gerak pasukan makin lincah. Langkah serupa juga dilakukan pada lempengen baja yang ada dalam jaket anti peluru.

Celakanya, Aidid dengan cerdik menyebar mata-mata di sekitar markas militer AS untuk mengamati setiap gerak-gerik yang mencurigakan. Benar saja. Begitu operasi digelar, Mogadishu telah siap menyongsong kehadiran kekuatan militer AS ini. Semua warga kota, tua-muda, pria-wanita angkat senjata.

Hasilnya, hanya beberapa waktu ketika operasi berjalan, seorang Ranger lumpuh terjatuh dari ketinggian 60 kaki, gara-gara helikopter yang membawanya menghindar dari tembakan granat lontar RPG-7. Kontak senjata tak bisa dihindari lagi, apalagi selain RPG-7, milisi Aidid juga mengerahkan senjata andalannya yaitu truk bersenapan mesin.

Korban di pihak pasukan elit Amerika mulai berjatuhan akibat serangan massal ala Vietkong. Tak hanya itu, sebuah helikopter Black Hawk jatuh tepat di tengah kota, setelah sebuah RPG-7 menghajar baling-baling ekornya. Selang 20 menit kemudian, sebuah lagi Black Hawk rontok dengan cara yang sama.

Rencana matang Amerika jadi kacau balau. Operasi penculikan malah berbalik jadi operasi penyelamatan awak helikopter yang jatuh. Apalagi setelah Garrison bersumpah tak bakal meninggalkan seorang pun anak buahnya di Mogadishu.

Yang utama, Amerika telah kehilangan inisiatifnya dalam serangan ini. Akibatnya operasinya-pun jadi berkepanjangan, sampai 15 jam. Padahal semua pasukan tak dibekali teropong malam dan amunisi yang cukup.

Masih dalam catatan Letkol Syed Omar Syed Othman, Secara teknis, helikopter MH-60 L/K ini sanggup terbang di segala cuaca berkat adanya radar pemandu bumi (terrain following radar) yang ditempatkan di bagian hidung helikopter.

Selain itu, helikopter ini mampu mendeteksi dan menangkal serangan rudal anti pesawat dengan chaff ataupun flares. Hanya saja mesti diingat, piranti anti rudal tadi tak bisa berbuat banyak saat menghadapi senjata-senjata unguided weapon semacam RPG (Rocket Propelled Granades).

Pada saat inilah GGK Malaysia mulai berperan, ketika dihubungi pasukan Ranger Amerika, segera saja tepat pukul 11 malam pasukan elit Malaysia dengan kekuatan 113 bergerak menuju lokasi di bawah pimpinan Mayor Ruslan Md Syarif.

Selanjutnya terjadi komunikasi dari lokasi pertempuran antara pihak pasukan Ranger dengan Pasukan GGK. Pimpinan GGK menyakini ada antene yang tertembak, karena suaranya yang tidak begitu jelas.

Sebuah perintah dari komando pasukan GGK yang ditujukan pada pasukan Ranger untuk menyelamatkan antena, karena sebagai alat vital komunikasi sebagai petunjuk lokasi keberadaan pasukan Ranger Amerika maupun milisi Somalia

Pihak pasukan GGK dalam upaya penyelamatan, merencanakan minta bantuan helikopter Black Hawk Amerika, tapi situasi tidak memungkinkan karena banyaknya milisi Somalia yang membawa RPG-7.

Maka strarategi yang dipakai yaitu: pertama, menyusup di belakang garis musuh, tujuannya mendeteksi kekuatan musuh termasuk keberadaan senjata-senjata yang dimiliki milisi Somalia. Pasukan GGK memiliki taktik investigasi yang dapat diandalkan.

Setelah mendapat informasi data yang cukup, lewat komunikasi radio penyusup ini disuruh komandan pasukan GGK melakukan sabotase terhadap gedung-gedung di sekitar milisi Somalia.

Kedua, mengepung musuh dari belakang dengan menggunakan mesin gun Twin GPMG, ternyata serangan GGK dari belakang mengalihkan perhatian milisi Somalia. Hal ini sebuah kesempatan pasukan GGK yang lain untuk menyelamatkan personil Ranger.

Terjadi baku tembak antara pasukan GGK dengan milisi Somalia di garis belakang pertahanan milisi, pertempuran yang berlangsung sekitar setengah jam berhasil mengalihkan pertahan lawan. Kemudian beberapa personil dapat menyusup untuk menyelamatkan pasukan Ranger Amerika.

Operasi penyelamatan ini menyebabkan satu meninggal dan sembilan terluka di pihak GGK dan hancurnya sebuah senjata anti pesawat 20mm Oerlikon serta tiga mesin gun Twin GPMG.

Setelah situasi terkendali Mayor Ruslan Md Syarif menghubungi pangkalan Black Hawk untuk mengevakuasi korban, serta menghancurkan berbagai peralatan tempur milik milisi Somalia. Tepat pukul 6.45 operasi penyelamatan selesai. Dalam operasi penyelamatan ini 17 pasukan Ranger meninggal dan 15 cedera.

Yang menjadi catatan, sebagian kemampuan pasukan GGK Malaysia diperoleh lewat pendidikan KOPASSUS di Indonesia. Hal ini sesuai dengan kesepakatan pada tanggal 21 Juli 2004 antara Panglima Tentera Darat Malaysia Jenderal Dato Seri Mohamad Azumi ben Muhamed dengan Danjen Kopassus Mayor Jenderal (Mayjen) Sriyanto.

Butir kesepakatannya memberikan kesempatan pada pasukan GGK untuk berlatih di Kopassus. Saat ini personil GGK Malaysia yang berlatih di Kopassus berjumlah 400 personil.

Bukan hanya berlatih, kemampuan personil GGK pun dipraktekkan dengan melakukan operasi bersama dengan Angkatan Laut Malaysia dalam menangani perompakan maupun penyanderaan di selat Malaka.

Tanggal 28 Juli 2003 sebuah pembebasan sandera di sebuah kapal kargo berbendera Honduras. sebagaimana digambarkan kantor berita Bernama operasi pembebasan sandera kurang lebih selama dua jam yang sangat mencekam

Diwarnai cuaca yang sesekali turun hujan, Beberapa personil GGK dan Angkatan Laut Malaysia mengenakan seragam loreng, membawa senjata laras panjang, lengkap dengan peralatan lainnya menyusup dari boat laut menuju tempat sandera.

Di langit yang mendung, tampak sebuah helikopter berputar-putar di atas kapal sandera sedang menurunkan beberapa pasukan di antaranya GGK. Pada posisi penting inilah pasukan GGK ditugaskan untuk menguasai kapal dan membebaskan sandera.

Tindak lanjutnya, pasukan GGK membagi dua tim. Tim pertama bertugas melaksanakan infiltrasi ke sasaran, guna observasi kekuatan lawan. Selain itu melihat kemampuan musuh, sebagai data intelijen bagi operasi selanjutnya.

Tim kedua melaksanakan sabotase pada titik-titik kekuatan musuh, maka kapal secara keseluruhan dapat dikuasai oleh personil Malaysia. Mereka dapat mengusai kapal sekitar pukul 18.00.

Namun operasi kali tinggal berhadapan dengan penyandera, karena musuh menjadikan sandera sebagai tameng hidup untuk berbagai permintaan maka diadakanlah negoisasi dengan penyandera.

Dengan cerdik dan sigap pasukan GGK melakukan penyusupan untuk membebaskan sandera, walaupun terjadi sedikit pertempuran, akhirnya pasukan GGK dapat menyelamatkan sandera dan melumpuhkan musuh.


Profil singkat

Nama Pasukan:
Gerak Grup Khas (GGK)

Asal:
Malaysia

Markas:
Sungai Udang

Berdiri:
25 Februari 1965

Tugas:
- Melatih dan mengawal pasukan gerilya
- Mengumpulkan informasi musuh
- Berlatih perang
- Serangan mendadak ke pihak musuh

Nilai-nilai utama personil:
- Percaya kepada Tuhan
- Kejujuran dan Keikhlasan
- Keberanian
- Kreatif
- Daya Saing

Operasi :
- Konfrontasi dengan Indonesia (1965)
- Pengendalian kerusuhan Etnis (1969)
- Penumpasan Komunis (1966-1985).
- Perdamaian PBB di Somalia (1993)
- Perdamaian PBB di Bosnia (1992)
- Pembesasan Sandera di Selat Malaka (2003)

Minggu, 12 Mei 2013

Mengenal VAT"69", Pasukan Khusus Kepolisian Malaysia (PDRM)

File:Crest of the 69 Komando.png File:Crest of the Special Actions Unit.PNGMengenal VAT"69", Pasukan Khusus Kepolisian Malaysia




VAT69/Unit Tindak Khas merupakan dua satuan khusus Polis Diraja Malaysia yang bermarkas di Brigade Utara (Britara) Ulu Kinta, Perak dan Mabes PDRM Bukit Aman, Kuala Lumpur, Divisi ini berada dibawah tanggung jawab Divisi Keselamatan dan Ketertiban Dalam Negeri

VAT69 ini diberi julukan sebagai Task Force, Charlie Force dan Special Project Team karena telah dilatih khusus oleh satuan khusus Special Air Service Inggris pada tahun 1969 untuk meredam aksi-aksi separatis komunis oleh Partai Komunis Malaya.

Dalam bahasa Inggris, pasukan khusus ini disebut sebagai VAT 69 ( Very Able Troopers 69 ) yang berarti Pasukan Bermobilitas Tinggi 69. Angka 69 ini diambil dari posisi ngeseks !.maaf cuma bercanda,angka 69 ini diambil karena mereka dibentuk pada tahun 1969, dirancang sebagai unit tempur khusus untuk menanggulangi segala bentuk pertempuran dan taktik gerilya oleh teroris atau pemberontak komunis.

Angka "69" juga bisa berarti karambit (pisau kecil yang dijadikan senjata oleh orang Melayu di zaman Kesultanan Melaka) yang maknanya membunuh dengan senyap.

Pembentukan satuan ini berawal dari ide Menteri Pembangunan dan Keselamatan Dalam Negeri Malaysia,(Alm.) Tun Dr. Ismail untuk membentuk satuan khusus untuk menangani gangguan "Darurat komunis" pada tahun 1969.

Pada Oktober 1969, dari 1600 personel Pasukan Polis Hutan (sekarang Pasukan Gerak Umum, PGA) yang terdaftar,terpilihlah 60 personel untuk mengikuti kursus dasar komando.

Staf pengajarnya dari SAS Inggris yang telah dikirim ke pusat pelatihan di Fort Kemar, Perak untuk melatih peleton percobaan VAT69. Diakhir pelatihan ini, hanya 30 personel saja yang mampu menyelesaikan kursus tersebut dan merupakan unit pertama VAT69.

Pada tahun 1970-an, satuan khusus ini memulai operasinya dan dikirim ke hutan untuk memberantas gerilyawan komunis. Dalam operasi tersebut, banyak gerilyawan komunis tewas, luka-luka dan ada yang berhasil ditangkap serta menyita sejumlah senjata dan perlengkapan yang digunakan komunis.

Pada tahun 1977, satuan VAT69 telah ditingkatkan menjadi 3 pasukan dan dilatih langsung oleh instruktur dari SAS Selandia Baru.

Pada tahun 1980, unit ini sudah memiliki perlengkapan khusus dan kebutuhan logistis sendiri.




Unit Tindak Khas

Unit Tindak Khas adalah satuan khusus kedua PDRM setelah VAT69. Satuan ini ditugasi menangani kasus kejahatan kriminal bersenjata di kawasan diperkotaan.

Unit ini dirancang dari peristiwa penyanderaan oleh anggota teroris Tentara Merah Jepang yang telah menjadikan 50 warga Amerika Serikat dan Swedia serta warga lokal sebagai sandera di Konsultan Amerika Serikat di bangunan AIA, Kuala Lumpur pada bulan Agustus 1975, 2 tahun setelah peristiwa penyanderaan di Munich, Jerman oleh teroris Black September Palestin pada tahun 1973.

Anggota teroris mengemukakan tuntutan kepada Amerika untuk membebaskan 5 orang ahlinya yang telah ditangkap dan diterbangkan ke Libya.

Anggota tim Unit Tindak Khas telah mendapat pelatihan dari instruktur SAS dan ditingkatkan mobilitasnya dengan taktis yang mirip SWAT Amerika dan dilengkapi dengan persenjataan seperti pistol S&W .38 dan Colt M1911A1 serta senapan serbu Colt M16A1, memiliki fungsi setara SWAT.

Dalam seleksi, hanya 20 orang personel sahaja yang telah berhasil dalam pemilihan ini. Satuan ini juga menjalankan perlindungan khusus di "Stadium Nasional Bukit Jalil sempena Sukan Komanwel 1998" bersama dengan Grup Gerak Khas Angkatan Darat Malaysia dan juga melindungi tokoh terkenal malaysia.

Pada 20 Oktober 1997, kedua unit ini digabungkan menjadi satu unit baru yaitu Pasukan Gerak Khas, diresmikan oleh Perdana Menteri Malaysia saat itu, Dato' Sri Dr Mahathir bin Mohamad dan Kepala Kepolisian Malaysia, Tan Sri Rahim Noor.

Dibawah tanggungjawab kepala divisi yang sama, satuan khusus baru PDRM ini menjalankan operasi khusus sebagaimananya satuan elite yang lain.


Materi pelatihan

Pelatihan dasar VAT69 dibagi menjadi tiga tahap;

Tahap Pertama
Siswa akan melaksanakan pendidikan teknik patroli.

Tahap Kedua
Semua siswa akan mempelajari keahlian dan pelajaran seperti penjejakan, komunikasi, medis lapangan dan bahan peledak. Tahap ini juga termasuk pembuatan perangkap 'D.I.Y' booby traps, teknik peledakan dan demolisi.

Tahap Ketiga
Pelatihan terakhir para siswa dites untuk semua aspek keahlian dan pelajaran yang sudah dipelajari. Pada tahap ini, perhatian khusus diberikan pada siswa yang memiliki potensi sebagai pimpinan patroli.

Dasar Terjun Payung

Peterjun payung VAT69 dimulai pada 1978 saat 65 perwira dan personel dikirim ke Hua Hin, Thailand untuk dilatih oleh instruktur dari Sekolah Latihan Terjun Payung Pasukan Perbatasan Kepolisian Kerajaan Thailand. Latihan dasar terjun payung dilaksanakan selama satu bulan dimana setiap siswa melakukan terjun statis. Setiap siswa harus melakukan 10 kali terjun termasuk sekali diair. Setelah mendapatkan wing, semua siswa dilatih terjun bebas atau kursus lanjut (HALO / HAHO).

Unit latih Para VAT69 bertanggung jawab untuk mensupervisi latihan terjun payung dari tingkat dasar sampai tingkat lanjut, termasuk rappelling & abseiling dari helikopter.


Latihan Dasar CQB (Close Quarters Combats/Pertempuran Jarak Dekat) dan Penyanderaan

Latihan CQB dilakukan oleh instruktur VAT69 sendiri. Kursus ini dikhususkan untuk taktis dan teknik operasi anti-teror. Diantaranya adalah pembebasan sandera di dalam gedung, pesawat udara dan kereta api.


Latihan Dasar Menyelam

Keahlian lain yang diterapkan dalam VAT69 adalah menyelam, sekitar separuh dari anggota VAT69 mampu melaksanakan misi penyelaman. Pelatihan selama satu bulan dilanjutkan dengan kursus ’Dive Master’ dengan kemampuan penyelaman sedalam 150 kaki (50 meter). Mereka dapat dikerahkan dari pesawat helikopter.


Secara umum keberhasilan personel VAT69 membuka kemungkinan mengikuti tingkat master untuk perang gerilya/hutan, FIBUA / OBUA / MOUT, sniper, SAR, parachute, CQB, pertempuran tangan kosong, komunikasi, selam tempur, perobatan, perlindungan terbuka dan juga penanganan kapal. Keputusan VAT69 untuk mengadopsi kebijakan cross-training dibuat bagi semua personel untuk memiliki lebih dari satu keahlian. Setiap tahun beberapa anggota VAT69 juga dikirim untuk mengikuti latihan di luar negeri.

Operasi yang diketahui

1969 - VAT69 memulakan operasi pertamanya di hutan dan berhasil menumpasi sejumlah teroris komunis dan menyita kesemua senjata dan perlengkapan komunis.

19 November 1985 - VAT69 Anti-teror PDRM bersama semua formasi PDRM menyerbu kediaman Ibrahim Mahmud atau Ibrahim Libya di Kampung Memali, Baling, Kedah yang menyebabkan ia tewas ditembak berpuluh kali di dadanya bersama 13 warga Memali dalam operasi dinamai Ops Hapus. Seorang perwira paramiliter PPH dan dua anggota kepolisian turut tewas, dipercayai tertembak sesama sendiri.

Berikutan peristiwa kejahatan bajak laut di Sabah, VAT69 dikirim untuk menumpasinya.

Oktober 1985 - Unit Tindak Khas terlibat dalam operasi pembebasan sandera seorang doktor dan pembantunya oleh enam tahanan yang dikepalai oleh seorang penjahat warga Singapura, Jimmy Chua di Penjara Pudu. Enam hari kemudiannya, sandera tersebut berhasil diselamatkan dalam penyergapan satuan ini dan Jimmy akhirnya dijatuhi vonis hukuman gantung sampai mati.

Pada tahun 1994 - seorang buronan penjahat dari Filipina, Rizal Aleh telah kabur ke Sabah bersama bapanya dan memulakan kejahatan lanun di situ. VAT69 dikepalai oleh DSP Mohd Noor Razak dikirim ke Sabah dalam operasi yang dinamai Ops Rambo II, menyebabkan terberkasnya Rizal dan bapanya bersama 30 pengikutnya dan dihadapkan ke pengadilan Semenanjung atas kejahatan yang dilakukan. Rizal dan bapanya dikirim semula kepada Pemerintah Filipina karena kedua-duanya adalah buronan yang paling dicari oleh pemerintah negara tersebut.

29 Juni 1993 - Unit Tindak Khas Mabes PDRM menyerbu kediaman buronan penjahat P. Kalimuthu atau Bentong Kali di Medan Damansara, Selangor menyebabkan buronan tersebut tewas ditembak mati dalam penyergapan itu.

2013 - Operasi pemberantasan penyusup Kesultanan Sulu (OPS Daulat)